Mendengar
cerita-cerita yang disampaikan Papap (panggilan Saya untuk Ayah) dan Mamah
tentang cerita masa kecil, Nabi-Nabi Islam dan cerita-cerita motivasi membuat
Saya terkadang jadi lebih termotivasi termasuk sebuah cerita yang Papap
sampaikan sebelum shalat Maghrib. Kami sekeluarga, Papap, Mamah, Saya dan Kakak
kembaran Saya selalu melaksanakan shalat 5 waktu secara berjamaah dirumah, itu
sudah ditanamkan sejak Saya masih kecil dan terbiasa sampai sekarang.
Singkat cerita, dulu Saya adalah
orang yang takut miskin, takut kehilangan dan takut keburukan terjadi dan
anehnya yang Saya takutkan itu bukan tentang Saya sendiri melainkan tentang
keluarga semuanya. Papap bekerja di Kantor SAMSAT bagian STNK atau perpanjangan
di Kabupaten tempat Saya tinggal, Papap orang yang gigih dan tidak pernah
mengeluh walaupun setiap hari harus melaksanakan migrasi ulak-alik yang jauhnya
sekitar 50 KM dari rumah dengan menggunakan sepeda motor.
Dari dulu Saya hidup selalu
berkecukupan bahkan lebih dari cukup tapi satu tahun yang lalu ada wacana bahwa
ada Kantor yang akan di bangun di kecamatan tempat Saya tinggal, membuat hidup
Saya seperti benar-benar berada dibawah dan seperti yang setiap kali Saya
rasakan bahwa Saya takut miskin karena jika Kantor itu dibangun maka Papap akan
kehilangan pekerjaannya. Aku sempat tidak berdaya ketika itu, nilai-nilaiku
kadang turun atau biasa-biasa saja karena Saya tidak seperti Kakak Saya yang
menikmati hidup dan melupakan segala permasalahan dirumah ketika berada di
sekolah. Saya termasuk orang yang membawa semua masalah kemanapun Saya
berjalan.
Saya sekolah di salah satu SMK di
Bandung, benar-benar membutuhkan uang banyak untuk biaya sekolah, kost dan
kebutuhan yang lainnya tapi rasanya itu semakin menekan Saya untuk tidak
bangkit lagi. Ketika liburan dan pulang kerumah, semuanya seperti di
istimewakan, makanan yang enak dan dimanjakan dengan segala sesuatu yang
sepertinya tidak penting tapi untuk menyenangkan hati kedua orang tua maka Saya
hanya bisa mengikuti apa mau Mereka.
Dan cerita sebelum Shalat Magrib itu
membuat Saya ingin berubah menjadi seperti Papap dan Mamah.
Papap bercerita bahwa selama 2
minggu terakhir Papap melaksanakan shalat Hajat dengan dzikir yang jumlahnya beratus-ratus,
dan berdoa agar pembangunan Kantor tidak jadi, Papap bilang “Papap meminta kepada
yang Maha Pencipta, Maha pemilik segalanya” dan ternyata doa Papap dan Mamah
dikabulkan. Alhamdulillah J
Papap dan Mamah tidak pernah
ketinggalan shalat dan selalu mementingkan anak, Papap dan Mamah seperti tidak
peduli mau makan apa hari ini yang terpenting anak dan itu membuat Saya
beribu-ribu kali berpikir apakah Saya bisa seperti kedua orang tua Saya jika
Saya punya anak nanti. Semoga semua sikap mereka tercurah dan turun pada
anak-anak Mereka.
Setelah Saya tau bahwa miskin, kaya,
nikmat, buruk, sehat atau tidak sehat semuanya Allah yang mengatur. Jika Allah
menghendaki maka apapun yang dikendakinya akan terjadi tetapi jika Allah tidak
menghendaki maka Allah tidak akan menghendaki apapun, Allah selalu pemurah dan
penyayang kepada hamba-hambanya yang senantiasa bersyukur dan mau berusaha. Allah
hanya memberikan ujian yang disanggupi oleh hamba-hambanya, dan Saya ingin
berubah menjadi seseorang yang pandai bersyukur, menikmati apa yang ada dan
tidak takut miskin lagi.
CINTA ALLAH,
MAMAH DAN PAPAP J
0 komentar:
Posting Komentar