Pengarang: Kazuo Ishiguro
Penerjemah: Gita Yuliani
Penerbit: GPU
Tahun : 2011, Sept
Tebal : 358 hal
Ketika sebagian
orang masih memperdebatkan, apakah jika manusia dapat menciptakan klon
dirinya sendiri, klon tersebut memiliki jiwa, Ishiguro mencoba
menjawabnya dalam novel ini.
Kisahnya sendiri bersetting pada akhir 1990-an di Inggris.
Kathy,
yang berusia tiga puluh satu tahun dan telah belasan tahun menjadi
perawat, mengenang teman-teman dekatnya semasa kecil di sebuah sekolah
berasrama bernama Hailslam, khususnya dua teman yang terakhir
dirawatnya.
Cerita
kembali ke masa kanak-kanaknya di Haislam, tempat terpencil yang cukup
menyenangkan namun agak aneh. Ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak
mereka ketahui jawabnya tentang diri mereka sendiri. Kathy mengenang
para guru sekaligus pengasuh mereka, antara lain Miss Emily, kepala
Hailslam yang tegas, Miss Geraldine yang lembut, Miss Lucy yang suka
berterus terang, dan Madame yang angkuh, yang sekali-sekali datang untuk
mengambil karya seni terbaik mereka.
Mereka
belajar dan wajib membuat karya seni – puisi, essay, gambar, patung –
untuk dijual dalam acara Exchange, agar bisa mendapat kupon, yang
nilainya sesuai dengan mutu karya yang dihasilkan. Kupon tersebut
digunakan untuk membeli barang-barang pribadi ketika ada Sale, yang
diadakan beberapa kali dalam setahun di asrama, Sale merupakan acara
paling ditunggu-tunggu di Hailslam.
Oleh
karena Exchange merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan barang
pribadi dan terpilihnya karya oleh Madame berarti akan masuk dalam
galeri, maka siswa yang karya-karyanya bagus akan lebih dihargai
daripada yang tidak. Hal ini menyulitkan Tommy, yang tidak berbakat seni
dan pemarah, meskipun ia kemudian berubah dan bisa menerima keadaannya.
Kathy menaruh perhatian pada Tommy, demikian pula Ruth, sahabat Kathy
yang berjiwa pemimpin. Mereka bertiga bersahabat, meskipun tidak tanpa
konflik.
Mereka
tidak tahu banyak tentang diri sendiri, kecuali bahwa kelak harus
memberi donasi. Tapi mengapa mereka harus membuat karya untuk galeri?
Apakah hasil penjualan karya mereka di galeri digunakan untuk membiayai
hidup mereka? Tapi apa yang mereka buat hanyalah karya kanak-kanak.
Tommy memiliki teori sendiri, bahwa karya itu digunakan untuk melihat
jiwa mereka, agar Madame bisa menilai dengan baik pernyataan mereka,
karena katanya jika terdapat dua orang yang benar-benar saling
mencintai, masa donor mereka bisa ditangguhkan. Benarkah?
Semakin
besar, para siswa tersebut tahu bahwa mereka adalah klon dan kelak akan
menjadi donor, bahwa ada orang-orang di luar sana yang menjadi model
bagi mereka, bahwa bercita-cita tinggi adalah sia-sia. Pilihan hidup
bagi mereka hanyalah menjadi perawat, sampai tiba masanya menjadi donor.
Tapi semuanya tidak benar-benar jelas, karena para guru dan pengasuh
tidak pernah benar-benar menjelaskannya pada mereka, dan asrama mereka
terisolasi sehingga tidak dapat bergaul dengan orang-orang normal lain.
Hanya
keberanian dan tekad Tommy serta Kathy di saat-saat terakhir Tommy yang
dapat menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi, yaitu ketika mereka
bertanya langsung kepada Madame di rumahnya, lama setelah asrama Haislam
dibubarkan, dan ketika semuanya sudah terlambat…
Novel
ini ditulis dari sudut pandang Kathy. Di bagian pertama yang cukup
panjang adalah kenangan Kathy akan masa kanak-kanaknya di Hailslam
dengan Ruth dan Tommy sebagai teman terdekatnya. Kemudian masa ia pindah
dari Hailslam ke asrama lain di Cottage lalu menjalani pelatihan
sebagai perawat. Terakhir adalah masa Kathy sebagai perawat para donor
selama bertahun-tahun, mengapa ia memilih merawat para donor dari tempat
yang sama dengannya,.termasuk Ruth dan Tommy setelah mereka menjadi
donor, serta mencoba menerima hidupnya sebagaimana adanya.
Hampir
setengah bagian novel merupakan uraian masa kanak-kanak Kathy di
Hailslam, yang ditulis dengan rinci dari sudut pandang anak-anak dan
memerlukan kesabaran pembaca – yang menurut saya dapat diperpendek.
Namun bagian ini mempersiapkan pembaca pada bagian-bagian berikutnya
yang menggambarkan perasaan dan akhir hidup mereka yang menyedihkan.
Pada bagian ini penulis berhasil menggambarkannya dengan sangat baik
sehingga menimbulkan kesedihan yang sangat bagi pembaca: perasaan
kesepian, kehidupan yang keras dan melelahkan, tiadanya keinginan,
cita-cita pribadi, maupun rasa marah sebagai klon yang diciptakan untuk
kepentingan orang lain.
Memang
agak mengherankan juga, mengapa mereka, khususnya Kathy yang tegar,
tidak marah menjadi klon yang diciptakan hanya untuk mendonorkan
organnya berkali-kali sampai mati, dan tidak ingin mempertahankan
hidupnya seperti manusia normal, dengan melarikan diri sebelum menjadi
donor, misalnya. Apa yang menyebabkan mereka demikian pasrah? Hal ini
tidak diungkapkan secara eksplisit oleh pengarang. Mungkinkah pelajaran
atau brainwashing selama di asrama, ketidaktahuan akan kehidupan di
dunia luar, dan pandangan rendah terhadap mereka oleh orang-orang
normal, sudah cukup untuk membuat mereka patuh sehingga tidak
menginginkan apapun untuk diri sendiri?
Ketika
Kathy bertanya, mengapa Miss Lucy keluar dari Hailslam, Miss Emily
menjawab, bahwa Miss Lucy berpendapat anak-anak harus diberitahu hal
sebenarnya yang akan mereka hadapi, namun ia tidak setuju, karena ia
ingin melindungi anak-anak, jika perlu dengan berbohong untuk
menyembunyikan beberapa hal, sehingga mereka dapat menikmati seni dan
pelajaran mereka. “Untuk apa kalian mau melakukannya, seandainya tahu
apa yang ada di masa depan kalian? Kalian akan bilang semua tidak ada
gunanya, dan bagaimana kami bisa berdebat dengan kalian? Maka dia harus
pergi.”
Sebagian besar dari kita juga tidak tahu apa yang ada di masa depan, dan seandainya kita tahu, mungkin juga akan merasakan kesia-siaan itu. Karena kita tidak tahu, maka setiap orang menikmati hidupnya dan berusaha melampaui mortalitas dengan meninggalkan sesuatu: karya seni, tulisan, anak, kekayaan, pelajaran, atau apapun, untuk mengurangi rasa sia-sia. Dan sebagian besar merasa hidupnya memiliki tujuan yang berarti, meskipun hanya menjadi orang-orang biasa yang tidak meninggalkan sesuatu yang besar…apakah hal tersebut juga karena brainwashing sejak kecil dalam masyarakat yang juga tidak mempertanyakan sesuatu pun lagi? Bukankah dalam masyarakat juga tidak ada tempat untuk mereka yang terlalu jujur mengemukakan kesia-siaan hidup manusia?
Banyak
pengarang mengungkapkan kesepian dan kesia-siaan hidup manusia dengan
caranya masing-masing. Yang jelas, novel ini tidak menceritakan tentang
proses penciptaan manusia klon, dasar sainsnya, proses penggunaannya,
siapa penggunanya, dan hal-hal teknis sejenis sebagaimana seharusnya
dalam kisah fiksi ilmiah.
dari http://ravibooks.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar