Sabtu, 05 Mei 2012

Nancy Matthews Edison ; Ibunda Thomas Alva Edison


            Dari sekian tokoh besar yang ada di buku ini, sebagian kesuksesan mereka dipengaruhi oleh sosok sang istri yang selalu sabar mendampingi kehidupan sang suami. Namun, hal ini tidak terjadi pada Thomas Alva Edison. Dalam karya besar yang di hasilkan olehnya, ternyata yang memiliki pengaruh besar terhadap lahirnya karya-karya besar yang ia ciptakan berasal dari peran luar biasa ibunya, Nancy Matthews Edison.
            Boleh jadi, Nancy merupakan salah satu wanita yang tidak memiliki alasan untuk tidak menyerah, padahal sebagian orang selalu mempunyai 1.002 alasan untuk menyerah. Sebagaimana yang sudah di jelaskan dalam banyak biografi tokoh dunia, Thomas Alva Edison merupakan tokoh hebat yang menciptakan inovasi besar yang berhasil mengubah dunia. Namun, ternyata, pada masa kecilnya, ia adalah anak yang bodoh. Meskipun demikian, berkat semangat luar biasa yang ditunjukkan oleh ibunya, ia menjadi salah satu tokoh terkemuka yang diingat sepanjang sejarah.
            Thomas Alva Edison lahir pada 11 Februari 1847 di kota Milan, Ohio, Negara bagian Amerika Serikat. Ia adalah salah satu tokoh terkemuka yang berhasil menorehkan namanya dalam sejarah dunia berkat penemuannya yang berupa lampu pijar.
            Penemuannya tersebut merupakan sebuah karya besar yang bermanfaat bagi manusia, terutama setelah kematiannya. Penemuan Thomas Alva Edison banyak dikembangkan beberapa tahun setelah ia meninggal dunia. Namun, kisah hidupnya sangat berbeda jauh dibandingkan ketika ia masih kecil.
            Saat berumur 7 tahun, Thomas Alva Edison adalah seorang bocah yang mempunyai kekurangan pada pendengarannya. Ia merupakan anak yang agak tuli dan sangat bodoh di sekolah dibandingkan dengan teman-temannya. Di sekolah, ia sering kali dianggap mempunyai otak yang bebal oleh gurunya sehingga tidak layak lagi meneruskan sekolah. Kemudian, pada tahun 1854, ia pulang dari sekolahnya dengan membawa secarik kertas dari gurunya.
            Ibunya membaca tulisan pada kertas tersebut. Ternyata, menurut pihak sekolah, Tommy (panggilan Thomas Alva Edison) adalah anak yang sangat bodoh dan sangat sulit diajari segala sesuatu. Oleh karena itu, pihak sekolah tidak sanggup lagi mengajarinya.
            Sang ibu kaget dan terhenyak membaca surat itu. Keesokan harinya, sang ibu mendatangi Reverend G.B, guru sekolah Thomas Alva Edison untuk membicarakan masalah tersebut. Namun, sang ibu justru menjadi sangat kesal karena sikap kasar dan penolakan gurunya. Akhirnya, ia pun bertekad untuk mendidik anaknya sendirian.
            “anak saya bukanlah anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik  dan mengajarinya” ucap sang ibu dengan nada kesal dan marah.
            Siapa yang menyangka jika dikemudian hari ternyata sang anak menjadi Thomas Alva Edison seperti yang kita tahu saat ini. Ia adalah salah satu innovator terbesar yang diingat sejarah. Ia hanya bersekolah sekitar 3 tahun, dan secara fisik agak tuli, namun itu tidak menjadi penghalang untuk terus berprestasi.
            Selama melakukan eksperimen dan penelitian, Thomas Alva Edison telah mematenkan 1.093 penemuan atas namanya, baik berupa kirofon, mesin penerima telepon, bola lampu listrik, gramophone, dan kamera film. Penemuan besarnya membangkitkan industry-industri besar, seperti industry listrik, rekaman, serta film, yang akhirnya memberikan manfaat dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia.
            Tak banyak orang yang mengetahui nama dan biografi Nancy Matthew Edison, wanita yang hidup pada tahun 1810-1871 ini adalah seorang wanita yang memiliki tekad luar biasa untuk mencerdaskan anaknya, Thomas Alva Edison. Ia tidak menyerah begitu saja, meskipun pihak sekolah menolak dan mengeluarkan anaknya.
            Nancy memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi Thomas Alva Edison, walaupun ia melakukan pengajaran di rumah. Hal inilah yang telah menjadikan Thomas Alva Edison sebagai orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy mampu memulihkan kepercayaan diri Thomas Alva Edison, dan hal itu mungkin sangat besar baginya.
            Untuk mendukung pendidikan anaknya di rumah, Nancy membelikan buku-buku pendidikan, seperti buku bahasa, sejarah dan ilmu pengetahuan lainnya. Salah satu buku yang ia berikan kepada anaknya ialah School of Natural Philosophy karya R.G Parker, yang menjelaskan tentang eksperimen fisika dan kimia di dalam rumah.
            Buku tersebut adalah buku sains pertama yang dibaca oleh Thomas Alva Edison sewaktu ia masih bocah. Buku inilah yang menyebabkan proses belajar menjadi terasa menyenangkan bagi Thomas Alva Edison. Ia mempraktikan setiap eskperimen yang terdapat di dalam buku itu. Ia pun mengumpulkan uang sakunya untuk membeli alat-alat dan bahan-bahan percobaan, serta membuat laboratorium kecil di atap rumahnya yang sederhana.
            Selain membelikan buku, Nancy juga menajarkan cara membaca, menulis dan mempelajari matematika kepada Thomas Alva Edison di rumah. Nancy sering memberikan dan membacakan buku-buku untuk Thomas Alva Edison. Buku-buku tersebut berasal dari beberapa penulis ternama, seperti Edward Gibbon, William Shakespeare, dan Charles Dickens.
            Ketika menginjak usia 12 tahun, Nancy mendorong Thomas Alva Edison untuk mendapatkan penghasilan dengan cara bekerja menjual Koran dan surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereka api di sepanjang rute dari Port Huron ke Detroit.
            Dengan berjualan inilah, Thomas Alva Edison semasa kecil dengan bimbingan sang ibu mendapatkan pengetahuan praktis tentang bisnis yang menantarkan dirinya untuk mengembangkan entrepreneurship dan bakat dagang yang terpendam di dalam dirinya.
            Tidak ada orang yang pernah menyangka jika di kemudian hari, Thomas Alva Edison, sang penjaja permen dan Koran, itu akhirnya sukses dan berhasil dalam hidupnya. Kemudian, ia menjadi fouder lebih dari 14 perusahaan besar yang salah satu di antaranya bernama General Electric, salah saut perusahaan public terbesar di dunia.
            Saat Thomas Alva Edison berusia 12 tahun, ia hampir kehilangan seluruh pendengarannya karena penyakit yang dideritanya dan membuatnya menjadi setengah tuli. Dalam sebuah diari yang ditulisnya, ia menuturkan bahwa ia tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak 12 tahun.
            Meskipun begitu, Thomas Alva Edison tetap berjualan hingga usinya menginjak 15 tahun. Dari hasil penjualannya itu, ia bisa membeli sebuah mesin cetak kecil bekas yang kemudian dipasang di dalam sebuah bagai mobil. Selanjutnya, ia mencetak korannya sendiri, yakni Weekly Herald, yang diedit dan dijualnya sendiri di tempat biasanya ia berjualan.
            Sebelumnya, Nancy pernah menjadi guru di sekolah, namun ia tidak lama mengajar di sana. Di balik semua rahasia kesuksesan Nancy dalam mendidik Thomas Alva Edison, ternyata ia sangat mendedikasikan seluruh waktunya bagi pendidikan anaknya. Ia juga tidak memaksakan kehendak, tetapi mengembangkan pengalaman dan mencari berbagai cara yang menarik untuk menggugah rasa ingin tahun dan keinginan Thomas Alva Edison untuk belajar sendiri.
            Selama menjadi guru bagi Thomas Alva Edison, Nancy menanamkan kebiasaan pada anaknya supaya senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yg ada. Dari semua yang dipelajarinya, Thomas Alva Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara bereksperimen di laboratorium kecilnya.
            Thomas Alva Edison tinggal di laboratoriumnya, dan ia hanya tidur selama 4 jam sehari. Bahkan, ia hanya mengonsumsi makanan yang dibawakan oleh asistennya ke laboratorium. Thomas Alva Edison melakukan percobaan secara terus-menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna.
            Berbagai tantangan dan rintangan berhasil dilalui oleh Nancy dalam mendidik Thomas Alva Edison. Namun, dengan tekad dan semangat yang luar biasa, ia berhasil mendidik anaknya mencapai tahap “belajar sendiri demi masa depanny sendiri”.
            Atas semua peran besar yang dilakukan oleh sang ibu, Thomas Alva Edison pernah berkata “Ibu membuat saya seperti sekarang. Ia memahami Saya dan mendorong Saya mempelajari banya hal sehingga saya menemukan bidang yang benar-benar saya minati dan berhasil dikembangkan”.
            Thomas Alva Edison banyak belajar tentang inisiatif dan sikap pantang menyerah dari sang ibu. Dengan membaca buku, ia mempelajari pengetahuan praktis, inspirasi, dan kebijaksanaan. Melalui obeservasi yang dilakukan, ia berhasil menambah pengalamannya. Sikap pantang menyerah dan terus berusaha yang ditanamkan oleh ibunya kepadanya menuntunnya menjadi orang sukses. Walaupun tercapainya kesuksesan tidak mudah dan harus melewati kegagalan-kegagalan, seperti saat ia menciptakan bola lampu, namun ia terus berusaha tanpa menyerah.

diambil dari buku  karya Abdul Syukur - bidadari bidadari hebat dibalik tokoh-tokoh hebat

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog